Pahlawan Nasional (Keppres No. 16/TK/1971, tanggal 20 Mei 1971)
Tahukah kapan kita memperingati Hari Musik Nasional? Hari musik nasional yang diperingati tiap tanggal 9 Maret, ternyata tepat pada hari kelahiran dari WR Supratman, sebagai bentuk menghormatan dan penghargaan negara terhadap beliau sebagai pencipta lagu kebangsaaan Indonesia Raya yang diciptakan tahun 1924.
Wage Rudolf Supratman, disingkat WR Supratman, lahir di Jatinegara, Batavia, 9 Maret 1903, adalah seorang aktifis Pergerakan Nasional.
Sewaktu tinggal di Makassar, Soepratman memperoleh pelajaran musik dari kakak iparnya yaitu Willem van Eldik, sehingga pandai bermain biola dan kemudian bisa menggubah lagu. Ketika tinggal di Jakarta, pada suatu kali ia membaca sebuah karangan dalam majalah Timbul. Penulis karangan itu menantang ahli-ahli musik Indonesia untuk menciptakan lagu kebangsaan. Soepratman tertantang, lalu mulai menggubah lagu. Pada tahun 1924 lahirlah lagu Indonesia Raya, pada waktu itu ia berada di Bandung dan berusia 21 tahun.
Pada malam penutupan Kongres Pemuda II, 28 Oktober 1928, WR Soepratman memperdengarkan lagu ciptaannya “Indonesia Raya”, dan pada saat itulah untuk pertama kalinya lagu Indonesia Raya dikumandangkan di depan umum. Semua yang hadir terpukau mendengarnya. Dengan cepat lagu itu terkenal di kalangan pergerakan nasional. Apabila partai-partai politik mengadakan kongres, maka lagu Indonesia Raya selalu dinyanyikan. Lagu itu merupakan perwujudan rasa persatuan dan kehendak untuk merdeka.
Sesudah Indonesia merdeka, lagu Indonesia Raya dijadikan lagu kebangsaan, lambang persatuan bangsa. Tetapi, pencipta lagu itu, Wage Roedolf Soepratman, tidak sempat menikmati hidup dalam suasana kemerdekaan.
Selain lagu Indonesia Raya, lagu-lagu karya beliau diantaranya lagu Ibu Kita Kartini, Di Timur Matahari, Indonesia Iboekoe, Bendera kita Merah Poetih, Bangoenlah Hai Kawan, Mars KBI (Kepandoean Bangsa Indonesia) dan Matahari Terbit.
Akibat menciptakan lagu Indonesia Raya, ia selalu diburu oleh polisi Hindia Belanda, sampai jatuh sakit di Surabaya. Karena lagu ciptaannya yang terakhir “Matahari Terbit” pada awal Agustus 1938, ia ditangkap ketika menyiarkan lagu tersebut bersama pandu-pandu di NIROM Jalan Embong Malang, Surabaya dan ditahan di penjara Kalisosok, Surabaya. Ia meninggal pada tanggal 17 Agustus 1938 karena sakit. Uniknya, beliau meninggal tepat tanggal 17 Agustus, seolah pertanda bahwa Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus.
No Comments
Leave a comment Cancel