PERDANA MENTERI PERTAMA REPUBLIK INDONESIA

Diplomasi cerdik Bung Kecil untuk mendapat pengakuan Internasional

Berdasarkan kacamata Indonesia, bangsa ini memang sudah merdeka, tapi masih sangat rapuh. Untuk menjaga status kemerdekaan yang masih bayi ini, Negara Indonesia membutuhkan bentuk sistem pemerintahan yang jelas dan terstruktur. Keesokan harinya Sukarno diangkat menjadi presiden, sementara Hatta menjadi wakil presiden – keduanya berperan sebagai lembaga eksekutif. Sementara itu, dibentuklah Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), yang kemudian berfungsi sebagai badan legislatif (DPR) agar jadi penyeimbang keberadaan eksekutif. Elemen pemerintah yang krusial ini, dipercayakan kepada Sjahrir untuk menjadi ketua KNIP. Sampai pada akhirnya, 14 November 1945 Sjahrir diangkat sebagai Perdana Menteri Indonesia yang pertama pada umur 36 tahun.

Pasca kemerdekaan, Indonesia memiliki 2 PR besar, yaitu: (1) upaya mempertahankan status kemerdekaan dari serangan militer Belanda maupun daerah-daerah terpencil yang masih dikuasai sisa tentara Jepang. (2) Upaya memenangkan pengakuan dunia internasional yang perlu diperjuangkan dalam bentuk perundingan dan perjanjian.

Lagi-lagi, terdapat perselisihan cara pandang antar para Bapak Bangsa kita. Bagi Tan Malaka dan Sudirman yang berjuang di garis depan, kita tidak perlu lagi berunding dengan pihak luar untuk mencapai kemerdekaan yang utuh. Sementara bagi Hatta dan (terutama) Sjahrir, kemerdekaan yang realistis sesungguhnya hanya bisa dicapai secara bertahap, rapi, dan elegan, bukan frontal dengan angkat senjata. Setelah berbagai macam drama perselisihan antar 2 kubu Bapak Bangsa kita. Pada akhirnya, Jendral Sudirman & Tan Malaka banyak berperan pada PR pertama untuk meredam agresi militer. Sementara Sjahrir dan Bung Hatta fokus pada misi kedua, mendapatkan pengakuan dunia internasional.

Dalam upaya menuntaskan misi kedua ini, ada 2 prestasi Sjahrir yang dikenang sebagai diplomat ulung yang sangat cerdik membaca situasi dunia internasional. Pertama adalah keputusan cerdiknya untuk memberikan bantuan pada India yang saat itu sedang krisis pangan, dengan mengirim 500,000 ton beras pada 20 Agustus 1946! India yang saat itu masih berada dalam koloni Inggris menyambut baik bantuan itu. Inggris yang memiliki kekuatan politik yang besar di Eropa, mulai menaruh simpatik pada Negara baru  bernama Indonesia.

Jeniusnya lagi, kemungkinan Sjahrir sudah meramalkan India akan segera merdeka dari kolonisasi Inggris dan memiliki kekuatan politik yang cukup kuat. India merdeka dari kolonisasi Inggris 15 Agustus 1947. Jawaharlal Nehru, Bapak Bangsa India sekaligus Perdana Menteri pertama masih ingat bantuan dari Sjahrir, akhirnya mengundang Indonesia berpartisipasi di Konferensi Hubungan Negara-negara Asia di New Delhi. Di acara ini, jaringan internasional Sjahrir makin berkembang dan akhirnya dia diundang ke berbagai negara untuk memperkenalkan Indonesia. Setelah dari India, Sjahrir melanjutkan diplomasinya ke Kairo, Mesir, Suriah, Iran, Burma, dan Singapura untuk membangun hubungan baik dan meminta dukungan pengakuan dunia kepada Indonesia.

Prestasi kedua Sjahrir adalah trik jitu Sjahrir mensiasati hasil Perundingan Linggarjati. Pada November 1946, delegasi Belanda siap berunding dengan delegasi Republik buat nyelesein sengketa wilayah Indonesia. Dengan segala cara Sjahrir mengupayakan agar Belanda mau berunding, termasuk dengan cara melobby temen-temen kuliahnya dulu yang sekarang udah pada jadi pejabat di Belanda. Gayung bersambut, Sjahrir akhirnya berhasil mengadakan Perundingan Linggarjati. Walaupun hasil perjanjian Linggarjati dinilai merugikan wilayah Indonesia, tapi dengan cerdiknya Sjahrir mengusulkan tambahan satu pasal, yaitu pasal perundingan tingkat PBB jika aja nanti ada perselisihan di kemudian hari.

Ujung-ujungnya, pasal tambahan usulan Sjahrir itulah yang menyelamatkan Indonesia ketika Belanda ngelancarin Agresi Militer I tahun 1947. Berkat adanya pasal ini, Belanda terbukti melanggar perjanjian dan harus menuntaskan persengketaan wilayah ini pada sidang Internasional. Momentum inilah yang membuat seluruh dunia melek bahwa Republik Indonesia sedang ditindas oleh mantan penguasa koloninya. Dunia semakin berpihak pada NKRI. Ibarat pemain catur, Sjahrir awalnya memberikan umpan yang kemudian berbalik menjadi serangan balasan yang merontokan pertahanan politik Belanda.

Pemilu 1955 pun berjalan. Ide Sjahrir ini kurang dapet banyak tanggapan dari rakyat waktu itu. Sejak saat itu, karir politik Sjahrir terus merosot dan betul-betul menghilang. Pada 7 Januari 1962, terjadi percobaan pembunuhan terhadap Presiden Sukarno saat melewati jalan Cendrawasih (Makassar), seseorang melemparkan granat. Granat itu meleset, Presiden Sukarno selamat.

Pada 9 April 1966, Sutan Sjahrir meninggal dunia pada umur 57 tahun di Swiss. Selama 5 hari setelah Sjahrir meninggal, Indonesia berkabung total. Beberapa bulan sebelumnya, ternyata Presiden Sukarno telah mempersiapkan Keppres nomor 76 tahun 1966 untuk menjadikan Sjahrir sebagai Pahlawan Nasional sekaligus permintaan agar Sjahrir dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

Comments to: SUTAN SYAHRIR

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Attach images - Only PNG, JPG, JPEG and GIF are supported.