Meskipun bukan sebagai penyusun naskahnya, keterlibatan Sam Ratulangi sangat berpengaruh. Nama lengkap Sam Ratulangi adalah Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi, berasal dari Manado, Sulawesi Utara. Beliau berjasa dalam pergerakan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Sam Ratulangi merupakan sosok intelektual yang terkenal dengan filsafat ‘Si tou timou tumou tou‘ yang berarti ‘manusia baru dapat disebut sebagai manusia, jika sudah dapat memanusiakan manusia’.
Ayahnya bernama Jozias Ratulangi dan ibunya bernama Agustina Gerungan.
Semasa kecil, Sam Ratulangi memulai pendidikannya pada umur enam tahun di Europesche Lagere School yang merupakan sekolah dasar zaman Belanda di Tondano.
Tamat dari sana, Sam Ratulangi melanjutkan pendidikannya di Hoofden School yang setingkat SMA.
Di sini ia sering surat menyurat dengan sepupunya yang bersekolah di STOVIA di Batavia.
Semangat belajarnya yang tinggi membuat mendapat beasiswa dari pemerintah. Ia berangkat pada tahun 1904 ke Batavia (Jakarta). Tamat dari situ, Sam Ratulangi bekerja di pabrik kereta api di Bandung. Disana ia mengaplikasikan ilmu yang ia dapat dari sekolahnya. Namun ia diperlakukan tidak adil disana.
Upah yang ia terima lebih rendah hanya karena ia seorang pribumi meskipun jabatan yang ia duduki sama dengan para pegawai Belanda membuat Sam ratulangi kecewa. Sam Ratulangi kembali ke Tondano, sebab ibunya meninggal dunia. Setelah urusan di Tondano selesai, beliau kemudian menjual warisannya dan uangnya dipergunakan untuk biaya sekolah di belanda. Sam Ratulangi kemudian berangkat ke Belanda.
Ia memperoleh ijazah ilmu pasti pendidikan sekolah menengah dan melanjutkan kuliahnya di Vrije Universiteit van Amsterdam Belanda selama dua tahun. Di Belanda pula berhubungan dengan para tokoh pergerakan Indonesia seperti Ki Hajar Dewantara, Cipto Mangunkusumo dan Douwes Dekker dan disinilah semangat nasionalismenya mulai tumbuh.
Kemudian Sam Ratulangi ke Swiss atas bantuan Mr. Abendanon dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan memperoleh gelar Doktor dalam bidang fisika dan matematika dari Universitas Zurich pada tahun 1919.
Selesai menimba ilmu di luar negeri, ia pun kembali ke Indonesia. Sempat mengajar di Yogyakarta, kemudian pindah ke Bandung dan bersama dengan DR. R. Tumbelaka mendirikan sebuah perusahaan asuransi bernama Algemene Levensverzekering Maatschappij Indonesia. Perusahaan pertama yang menggunakan kata ‘Indonesia’ sebuah istilah yang ketika itu belum dikenal.
Menurut gagasannya, Indonesia bukanlah hanya sebagai satuan kewilayahan , melainkan juga kesatuan politik sehingga ketika itu Hindia Belanda yang terdiri dari banyak kepulauan lebih pantas di sebut sebagai Indonesia. Menurutnya, kata Indonesia mengandung semangat persatuan dalam mencapai sebuah kemerdekaan.
Di tahun 1922, Bersama dengan Ir Crane, Douwes Dekker dan Suwardi Suryaningrat, Sam Ratulangi mengadakan rapat besar di Bandung. Dalam rapat itulah istilah ‘Indonesia’ mulai diperkenalkan oleh Sam Ratulangi sebagai alat untuk membangkitkan semangat dalam meraih kemerdekaan.
Dalam rapat itu juga ditegaskan perlunya zelf gouvernement atau pemerintahan sendiri bagi bangsa Indonesia. Selama hidupnya, Sam Ratulangi banyak mendirikan organisasi sosial membantu sesamanya.
Sam Ratulangi menetap di Manado sekitar tahun 1924. Ia menghapuskan sistem kerja paksa pada rakyat Minahasa dan membuka transmigrasi ke Minahasa Selatan saat menjabat sebagai sekretaris Dewan Minahasa (Minahasa Raad) pada tahun 1924 hingga 1927. Di tahun 1927, Sam ratulangi bergabung di Volksraad atau lebih dikenal sebagai dewan rakyat atau lembaga perwakilan rakyat Indonesia.
Ia merupakan perwakilan dari Minahasa. Di lembaga ini, Sam ratulangi memperjuangankan dan membela hak-hak dari rakyat Indonesia ketika itu yang tertindas dan perjuanganya dalam mencapai sebuah kemerdekaan.
Di Volksrad, Sam Ratulangi berpidato keras mengenai ketidakadilan yang dilakukan oleh Belanda kepada Indonesia
Ketika krisis ekonomi yang dikenal dengan istilah ‘Malaise’ terjadi pada tahun 1930-an ia semakin banyak mendirikan organisasi sosial kemanusiaan. Serta memimpin banyak organisasi sosial buruh dari tahun 1938 – 1942.
Disaat Jepang mendarat di Indonesia, banyak tentara Belanda yang ditangkap sehingga membuat banyak keluarga mereka terlantar.
Sam Ratulangi melalui Badan Penolong Korban Perang Sulawesi kemudian membantu para keluarga tentara Belanda yang terlantar. Badan tersebut kemudian berubah menjadi KRIS (Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi) yang kemudian gigih dalam usahanya mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Sam Ratulangi tetap berbelas kasih. Sehingga sangat wajar rakyat sulawesi ketika itu memberinya gelar ‘Tonaas’ atas keberanian, kepemimpinan serta perjuangannya dalam melindungi hak-hak rakyat Sulawesi.
Walaupun sikapnya yang dingin terhadap Jepang ketika itu, namun di tahun 1944 beliau menerima tawaran penasehat angkatan laut jepang yang kala itu menguasai wilayah bagian timur Indonesia dan berkedudukan di Makassar.
Namun dibalik jabatannya tersebut, Sam Ratulangi diam-diam berusaha mempersatukan semangat dari rakyat untuk segera mencapai kemerdekaan.
Pemerintahan militer Jepang ketika itu bahkan tidak mengetahui tujuan dari organisasi ‘Sumber Darah Rakyat’ yang dibentuk oleh Sam Ratulangi.
Dari organisasi tersebut, Sam Ratulangi giat memberikan informasi kepada rakyat bahwa kependudukan jepang saat itu sudah semakin terdesak karena kekalahan perang dan tidak lama lagi kemerdekaan dari bangsa Indonesia akan tiba.
Di Jakarta sendiri, dibentuk PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Sam Ratulangi bersama Andi Sultan Daeng Raja serta Andi Pangeran Daeng Parani hadir sebagai wakil dari Sulawesi.
Ketika Jepang menyerah kepada sekutu dan Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17 agustus 1945, Sam Ratulangi kemudian diangkat sebagai gubernur Sulawesi yang berkedudukan di Ujung Pandang. Namun pada bulan september pasukan Belanda bersama NICA mendarat di Makassar untuk mengambil alih pemerintahan disana.
Tidak terima dengan keputusan tersebut, kemudian mendirikan ‘Pusat Keselamatan Rakyat’ sebagai bentuk perlawanan bersama rakyat.
Perebutan kekuasaan antara pihak Belanda dan rakyat semakin meluas dan bentrokan terjadi dimana-mana. Kemudian pada 5 April 1946, Sam Ratulangi beserta para stafnya ditangkap dan di sempat dipenjara sebulan di Ujung Pandang kemudian dibuang ke Serui, Irian Jaya.
Di tempat pengasingannnya tersebut, beliau membentuk organisasi Ibunda Irian dan Partai Kemerdekaan Irian yang bertujuan memupuk semangat kemerdekaaan wilayah tersebut dari tangan belanda.
Setelah persetujuan Renville di tahun 1948 terjadi, Sam Ratulangi akhirnya dibebaskan. beliau pergi ke Yogyakarta dan ditunjuk oleh Soekarno sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung dan juga delegasi Indonesia dalam perundingannya dengan Belanda.
Di tanggal 10 November 1948 keluar pernyataan ‘Manifes Ratulangi’ yang disiarkan oleh RRI. Isinya adalah pernyataan keras dari Sam Ratulangi yang menentang Indonesia bagian Timur dari Republik Indonesia.
Di bulan 1948, saat akan berangkat ke Filipina dalam membawa misi persahabatan, Sam Ratulangi ditangkap oleh Belanda yang saat itu melakukan agresi militer kedua. Di bulan januari 1949, Sam Ratulangi dibawa ke Jakarta untuk kemudian diasingkan ke pulau Bangka oleh Belanda. Namun hal itu urung dilakukan karena kondisi kesehatan Sam Ratulangi yang semakin memburuk. Pada tanggal 30 Januari 1949 pagi hari, Dr Sam Ratulangi akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya dalam penahanan Belanda.
No Comments
Leave a comment Cancel