Pahlawan Nasional : Keppres No. 110/TK/2001, tanggal 3 November 2001

Bila disebut perang gerilya, kita mengenal Jenderal Sudirman yang berjuang melalui jalan ini. Ternyata, di Kalimantan, ada juga Pahlawan Nasional yang mendapat julukan sebagai ‘Bapak Gerilya Kalimantan’.  Nama beliau, Brigjen TNI (Purn) H. Hasan Basry, lahir di Kandangan, Kalimantan Selatan, 17 Juni 1923.

Beliau banyak berjasa dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, terutama di daerah Kalimantan Selatan. Selain berkiprah di dunia militer, dia pernah menjadi anggota MPRS, anggota DPR dan termasuk salah satu pendiri Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin.

Setelah proklamasi kemerdekaan, Hasan Basry aktif dalam organisasi Pemuda RI Kalimantan di Surabaya. Di organisasi itulah, mentalnya pejuangnya ditempa. Dia sering terlibat peristiwa perebutan senjata melawan tentara Jepang di Surabaya.

Bulan Oktober 1945, ia bertolak ke Banjarmasin, mempersiapkan basis kedatangan ekspedisi militer dari Jawa untuk menghadapi Belanda di Kalimantan Selatan. Ia juga menjalin kerjasama dengan Laskar Syaifullah. Namun, rencana Hasan Basry tercium Belanda. Tokoh-tokoh laskar itu pun ditangkap pada pertengahan tahun 1946. Beruntung, Hasan Basry lolos dari usaha penangkapan itu. Ia pun segera menyusun rencana berikutnya dengan membentuk wadah perjuangan baru yang diberi nama Benteng Indonesia.

Bulan November 1946, ia diberi tugas membentuk Batalyon ALRI di Kalimantan Selatan oleh Komandan Divisi IV ALRI di Jawa. Benteng Indonesia pun dilebur menjadi Batalyon ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan dan bermarkas di Kandangan. Selanjutnya, ia gabungkan seluruh kekuatan bersenjata di Kalimantan Selatan ke dalam kesatuan yang baru dibentuknya itu.

Perkembangan politik di tingkat pemerintah pusat di Jawa menyebabkan Hasan Basry dan pasukannya berada dalam posisi sulit. Sesuai Perjanjian Linggarjati pada 25 Maret 1947, Belanda hanya akan mengakui kekuasaan RI secara de facto atas Jawa, Madura dan Sumatera. Itu berarti Kalimantan merupakan wilayah yang masih berada di bawah kekuasaan pemerintah kolonial Belanda.

Hasan Basry dan pasukannya tidak terpengaruh dengan isi perjanjian itu. Mereka tetap melanjutkan perjuangan melawan Belanda. Sikap yang sama kembali ia tunjukkan saat menghadapi Perjanjian Renville 17 Januari 1948. Ia bersikukuh menolak pemindahan ke daerah yang masih dikuasai RI, yaitu Pulau Jawa.

Hasan Basry meningkatkan perjuangannya saat Belanda melancarkan Agresi Militer II pada 19 Desember 1948 di Kalimantan Selatan. Ia memberitahu seluruh pasukannya di lapangan bahwa pada 25 Desember 1948 akan dilancarkan serangan kembali terhadap seluruh wilayah yang dikuasai pasukan Belanda.

Akibat serangan tersebut, pada 1 Januari 1949 Belanda terpaksa menarik pasukannya ke kota-kota. Sebagai seorang pemimpin pertempuran yang menggelorakan semangat perjuangan fisik, Hasan Basri menolak semua hasil perjanjian yang telah dilakukan. Selain Perjanjian Linggarjati, ia juga menolak hasil Perjanjian Roem-Royen yang ditandatangani pada 7 Mei 1949. Hal itu dilakukan karena ia sama sekali tidak mempercayai Belanda.

Hasan Basry memproklamirkan berdirinya Pemerintahan Militer Tentara ALRI pada 17 Mei 1949. Pesan yang hendak disampaikan melalui proklamasi tersebut adalah bahwa Kalimantan Selatan masih tetap merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Setelah dicapai gencatan senjata dengan pihak tentara Belanda, ALRI Divisi IV Kalimantan Selatan dimasukkan ke dalam jajaran Angkatan Darat. Sebuah divisi baru dibentuk dan diberi nama Divisi Lambung Mangkurat dengan Hasan Basry sebagai pimpinan berpangkat Letnan Kolonel.

Tahun 1961-1963, ia menjabat Deputi Wilayah Komando antar Daerah Kalimantan dengan pangkat Brigadir Jenderal. Pada 17 Mei 1961, bertepatan peringatan Proklamasi Kalimantan, sebanyak 11 organisasi politik dan militer menetapkan Hasan Basry sebagai “Bapak Gerilya Kalimantan”. Kesepakatan ini diikuti oleh ketetapan DPRGR Tingkat II Hulu Sungai Utara pada 20 Mei 1962.

Brigjen Hasan Basri meninggal dunia pada 15 Juli 1984 setelah dirawat di RSPAD Gatot Subroto Jakarta. Jenazahnya dimakamkan di Simpang Tiga, Liang Anggang Banjarbaru, Kalimantan Selatan.

Namanya diabadikan jadi nama Rumah Sakit Umum di Jalan Jend Sudirman Kandangan, dan Taman Makam Pahlawan Nasional di Muara Liang Anggang, Jalan A Yani KM-19 Banjarmasin.

Comments to: HASAN BASRY (Brigjen H. Hasan Basry)

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Attach images - Only PNG, JPG, JPEG and GIF are supported.