Pahlawan Nasional : Keppres No. 73/TK/2002, tanggal 6 November 2002

A.H. Nasution
(Jenderal Besar Dr. Abdul Harris Nasution)

Berasal dari Sumatera Utara     Usia saat meninggal : 81 tahun
Lahir : Selasa Pahing, 3 Desember 1918   di Kotanopan, Mandailing Natal, Sumatera Utara
Gugur/Meninggal : Selasa Wage, 5 September 2000   di Jakarta, Indonesia
Lokasi Makam/Monumen : Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta.

Kategori : Militer

Jenderal Besar TNI, Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia, Ketua Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat ke-2 (MPRS), Menteri Pertahanan ke-12, Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KASAD, KSAD) sebanyak 2 Kali. Ahli perang gerilya, peletak dasar perang gerilya, penulis buku yang fenomenal dengan judul Fundamentals of Guerrilla Warfare, yang diterjemahkan ke berbagai bahasa asing, dan menjadi buku wajib akademi militer di sejumlah negara, termasuk sekolah elite militer dunia, West Point, Amerika Serikat.

Jenderal Besar Dr. Abdul Haris Nasution (lahir di Kotanopan, Sumatera Utara, 3 Desember 1918 – meninggal di Jakarta, 6 September 2000 pada umur 81 tahun) adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang merupakan salah satu tokoh yang menjadi sasaran dalam peristiwa Gerakan 30 September, namun yang menjadi korban adalah putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudannya, Lettu Pierre Tendean.

Sebagai seorang tokoh militer, Nasution sangat dikenal sebagai ahli perang gerilya. Pak Nas demikian sebutannya dikenal juga sebagai penggagas dwifungsi ABRI. Orde Baru yang ikut didirikannya (walaupun ia hanya sesaat saja berperan di dalamnya). Beliau juga dikenal sebagai peletak dasar perang gerilya. Gagasan perang gerilya dituangkan dalam bukunya yang fenomenal, Fundamentals of Guerrilla Warfare. Selain diterjemahkan ke berbagai bahasa asing, karya itu menjadi buku wajib akademi militer di sejumlah negara, termasuk sekolah elite militer dunia, West Point, Amerika Serikat.

Pada Maret 1946, ia diangkat menjadi Panglima Divisi III/Priangan. Mei 1946, ia dilantik Presiden Soekarno sebagai Panglima Divisi Siliwangi.

Pada Februari 1948, ia menjadi Wakil Panglima Besar TNI (orang kedua setelah Jendral Soedirman). Sebulan kemudian jabatan “Wapangsar” dihapus dan ia ditunjuk menjadi Kepala Staf Operasi Markas Besar Angkatan Perang RI. Di penghujung tahun 1949, ia diangkat menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Darat.

Pada 5 Oktober 1997, bertepatan dengan hari ABRI, Nasution dianugerahi pangkat Jendral Besar bintang lima. Nasution tutup usia di RS Gatot Soebroto pada 6 September 2000 dan dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta.

Comments to: AH Nasution

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Attach images - Only PNG, JPG, JPEG and GIF are supported.